Monday, 17 November 2014

Kampung Njeron Benteng (2), oleh Ninik Atmodipo

Bagi saya Kampung Njeron Benteng sangat bermakna dalam kehidupan saya.  Kalau di Solo ada Kampung Laweyan yang terkenal dengan produksi batiknya.   Di Kampungku Njeron Benteng di Wilayah Langenarjan Kidul dan Langenarjan Lor.   Ada empat pengusaha batik.  Hitungan ini hanya berdasar ingatan saja.  Kemungkinan ada lebih dari itu.   Saya lupa dimana saja lokasi para pembuat batik.  Seingat saya di dalam Kampung Njeron Benteng kalau cuman 20 (duapuluh)  pengusaha pasti ada.

Para pengusaha ini mempunyai pegawai yang datang dari desa-desa.  Mulai produksi membatik.  Mendapat kain mori (kain putih untuk membatik) semua dilakukan di rumah-rumah tsb.   Mereka memulai produksi pembuatan sampai dengan pemasarannya.  Mereka memasarkan langsung di kota-kota Jawa Tengah.

Walaupun leluhur saya bukan pengusaha batik, tapi saya hidup di lingkungan itu.  Tiap hari saya lihat para pekerja dari desa pada naik sepeda memulai kegiatannya sebagai pembatik.  Mereka bekerja mulai membatik, merendam kain mori yg telah dibatik ke tempat kolam berisi air.   Bau "malam" (bahan membatik)  hinggap di hidung saya sepanjang masa.   Sampai saat ini pun, kalau saya keliling pantai utara ke tempat para juragan batik.  Terasa sekali bau kain itu.   Moga nanti saya bisa mengabadikan tempat-tempat pengusaha zaman dahulu.  Sayang rata-rata sudah tutup tidak ada penerusnya.

Para pekerja pembuat batik tetanggaku akan selalu kukenang.  Kenangan bapak-bapak tua dan ibu-ibu tua masih setia menjadi pekerja pembuatan batik.  Kalau siang hari setelah sekolah selesai, saya suka nyamperin mereka.  Kadang ikut-ikutan membatik.  yang paling terkesan adalah kerukunan dan gotong royong mereka.  Sebagai bawahan mereka begitu setia kepada majikannya.  Hiburan mereka takkala sedang bekerja adalah mendengarkan Radio, acara wayang, kethoprak atau uyon-uyon (tembang/menyanyi diiringi gamelan).  Suasana seperti ini sangat saya rindukan.  Ketenangan bekerja, keikhlasan dalam menciptakan karya seni batik.

Sekilas melihat Kampung Njeron Benteng ini sangat sejuk dan menenangkan pikiran.  Setiap kali saya ke Yogya, wajib bagi saya naik andhong (kereta kuda) keliling kampungku ini.   Kadang saya turun menemui tetangga zaman dulu.  Rasa pilu bercampur gembira bisa ngobrol dengan mereka.  Tanaman besar-besar sangat asri di wilayah ini.   Disekitar benteng ditanam pohon so (buahnya dibikin emping).  Daunnya dibuat sayur lodeh.  Jangan lupa kawan, wisata disini sangat indah dan nyaman.  Apalagi terdengar langkah kuda yang gagah perkasa mengalahkan kendaraan bermotor.  Cuman satu kesulitan saya kalau naik andhong ini, yaitu masuk angin.  Maklum badan tidak muda lagi.

Kenangan yang paling membekas yaitu selalu mendapat kenduri yang isinya makanan berisi lauk pauk.  Tidak lupa ada ketan, kolak, apem.  Buat kawan-kawanku yang masih tinggal di Kampung Njeron Benteng.  Berbahagialah selalu, tidak ada tempat yang menawan seperti ini.   Kalau aku boleh bermimpi, ingin aku tinggal disana lagi.




Masjid Margoyuwoni, di Langernastran Lor.  Dimana masa kecilku bersembahyang disini.



 Benteng yang bersih tertata rapih.


Kenduri/bancakan yang isinya lengkap dan enak.


Para pembatik banyak yang sudah  berusia  tapi masih tekun menjalankan tugasnya.



 Pekarang rumah penduduk yang asri

Pohon belinjo/so, yang ditanam dibenteng.

No comments:

Post a Comment