Gedung Kedutaan RI ini dibangun sekitar tahun 1890 dan 1930. Pemilik pertamanya adalah Thomas F. Walsh, adalah imigran berasal dari Irilandia. Pada usia 19 dia sudah memulai berusaha dari usaha kecil kemudian pindah ke Colorado dan mempunyai tambang emas. Kemudian pindah ke Washington DC. Walsh membeli gedung megah ini tanggal 30 April 1901. Keluarga tersebut membayar gedung megah itu seharga US $850 ribu (Dollar Amerika)
Ny. Walsh menempati rumah ini sampai meninggal di tahun 1932. Kemudian diwariskan kepada putrinya yang bernama Evalyn. Suami Evalyn adalah pemilik koran Washington Post namanya Edward B McLean. Evalyn Walsh McLean sangat terpandang di Washington. Evalyn Walsh McLean adalah pemilik 44 1/2 karat Hope Diamond. (dibawah bisa dilihat Hope Diamond, photo yang saya ambil dari museum Smithsonian).
Sejak membeli permata tersebut. Keluarga ini banyak ditimpa bencana. Anak-anak Mc Lean meninggal, McLean juga meninggal. Kemudian Evalyn menyewakan gedung ini ke Pemerintah Amerika. Tahun 1941 sampai dengan 1951 gedung ini disewakan gratis kepada Palang Merah Amerika.
Apa hubungan bangunan bersejarah ini dengan Sri Sultan HB IX. Menurut cerita, beliau Sultan HB IX juga merupakan salah satu orang yang berjasa membeli gedung ini. Apakah benar? Mari kita telusuri jabatan beliau di sekitar tahun itu. Kita lihat posisi beliau Sultan HB IX saat periode memutuskan pembelian gedung tsb oleh Pemerintah Indonesia.
2 Oktober 1946 s/d 27 Juni 1947, Sultan HB IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III.
Beliau diangkat lagi dalam kabinet Amir Sjarifuddin I dan II tanggal 3 Juli 1947 s/d 11 November 1947 yang dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.
Saat Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947, Sultan HB IX mengajak Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta.
29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949, beliau Sri Sultan HB IX menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Hatta.
Dibelakang lampu terlihat penari klasik gaya Yogyakarta
Ruangan Pancasila dimana sering dipakai untuk pertemuan
Kemudian menjadi Menteri Pertahanan / Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II tgl 4 Agustus 1949 sd 20 Desember 1949
Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949-6 September1950
Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951)
Sejarah juga mengukir pada tanggal 1 Maret 1949 atas prakarsa Sultan HB IX melawan Belanda. Terkenal dengan nama Serangan Fajar. Sultan HB IX adalah seorang nasionalis sejati yang memiliki perhatian besar terhadap nasib rakyatnya, beliau tidak mau dijajah. Silahkan lihat biografi Sultan HB IX)
Pada tanggal 19 Desember 1951, Dr Ali Sastroamidjojo, Dutabesar RI yang pertama di Amerika membeli gedung ini atas nama pemerintah Indonesia dengan harga US$335 Ribu (Amerika). Kemudian Pemerintah Indonesia merenovasi bangunan dengan pengeluaran sekitar US$75 Ribu (Amerika). Dengan adanya pergantian pemimpin. Gedung tersebut diberi tambahan bangunan disamping untuk melayani masyarakat.
Seperti kita ketahui, untuk membeli bangunan mewah seperti itu dijaman segitu adalah sangat mahal bagi bangsa Indonesia yang barusan merdeka. Belum selesai merdeka masih didera dengan pukulan-pukulan balik para penjajah. Pembelian gedung sekelas itu juga merupakan sebuah kebijaksanaan yang jitu. Indonesia perlu memiliki sebuah tempat yang terhormat di Washington. Kebetulan juga harganya murah. Separuh harga dari pembuatnya. Peranan para petinggi di Indonesia saat itu untuk membuat keputusan membelinya merupakan keputusan yang hebat. Salah satu petinggi tsb adalah Sri Sultan HB IX.
Pertama saya melihat bangunan dalam. Ada anak tangga kayu berbentuk Y. Didepan persis ada patung penari balet warna putih. Tampilan ruang tamu terhias photo penari dari Yogyakarta. Sejenak saya terpesona, sebetulnya gedung ini mirip istana Yogyakarta. Memasuki gedung ini seperti memasuki Keraton atau Istana Bangsawan. Nuansa Amerika, Eropa juga terkesan disini.
Sri Sultan HB IX meninggal di RS Goerge Washington, kemudian jenazah disemayamkan sebentar di Gedung Kedutaan RI di Washington. Seorang Raja yang dicintai rakyatnya. (Silahkan melihat istana Kedutaan RI di Washington yang saya abadikan sebagai kenangan penghormatan untuk Sri Sultan)
Istana ini disambung dengan gedung baru di sebelahnya untuk perkantoran Kedutaan RI.
Pintu masuk ke area perkantoran Kedutaan RI
Ruangan perkantoran Kedutaan RI menembus bangunan lama.
Hope Diamond yang mempunyai kisah menyedihkan. Siapa yang memiliki berlian ini akan mendapatkan bencana.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada mbak Henny Priastuti dan mbak May Lestari. Sempat-sempatnya mengajak saya touring gedung ini. Alhamdulilah saya menyaksikan kebesaran Raja saya. Detak jantung saya bertambah keras melihat kebesaran para pemimpin Indonesia Raya. Semoga para pejuang dan pendiri Bangsa Indonesia tenang menghadap Illahi.
No comments:
Post a Comment