Friday, 21 November 2014
Around the world: Sri Sultan HB IX dan Kedutaan Besar Indonesia di W...
Around the world: Sri Sultan HB IX dan Kedutaan Besar Indonesia di W...: Apa hubungannya gedung Kedutaan Besar RI di Washington dengan Sri Sultan HB IX? Gedung Kedutaan RI ini dibangun sekitar tahun 1890 dan 19...
Around the world: Istana Schonburnn Vienna, Austria, Apakah Kesulta...
Around the world: Istana Schonburnn Vienna, Austria, Apakah Kesulta...: Bicara tentang istana-istana di Eropa. Meskipun belum semuanya saya lihat. Tapi saya terkesan dengan istana Schonburnn beserta sejarah keh...
Istana Schonburnn Vienna, Austria, Apakah Kesultanan Yogyakarta akan mempunyai Ratu Wanita? oleh Ninik Atmodipo
Bicara tentang istana-istana di Eropa. Meskipun belum semuanya saya lihat. Tapi saya terkesan dengan istana Schonburnn beserta sejarah kehebatannya. Meskipun mirip-mirip dengan istana istana di Eropa, tapi istana ini sangat penuh dengan romantika perjalanan sejarah Eropa.
Selain megah juga pernah mempunyai seorang ratu yang hebat Ratu Maria Theresia tahun 1726. Lahir tahun 1717 dan meninggal tahun 1780. Terlahir dari Raja Charles VI dan isterinya Elisabeth Christine. Dua kali saya berkunjung di istana ini. Pertama di bulan Maret 1994 tidak banyak warna warni bunga, masih banyak pohon-pohon hijau saja. Kemudian bulan Juli 2011 saya kesini lagi tampak bunga cantik di musim panas. Kalau boleh saya bilang istana ini sangat indah dan tidak membosankan untuk diteliti keindahan sejarahnya.
Ayah Ratu Maria Theresia adalah raja yang terakhir dari dinasti Habsburg. Raja Charles VI mengganti hukum di Austria yang mulanya berbunyi wanita dilarang menjadi Raja. Tahun 1713 Raja Charles VI menetapkan keputusan bahwa anak perempuannya yang akan menjadi Ratu penerus dinastinya.
Nah apakah ini juga akan terjadi di Keraton Yogyakarta? Kita simak saja, sejarah bermula dan kembali seperti itukah? Seperti kita ketahui Sri Sultan HB X juga tidak mempunyai keturunan pria untuk meneruskan sebagai raja. Apakah putri pertama HB X, Gusti Pembayun akan menjadi Ratu? Sejarah sedang menantinya.
Sebagai seorang calon ratu, seharusnya Maria Theresa harus dinikahkan dengan seorang Pangeran yang terkenal dan mempunyai kekuatan besar. Charles VI dengan bijaksana membolehkan putrinya menikah dengan kekasih hatinya yaitu Duke Francis Stephen dari Lorraine, Perancis. Mereka dikaruniai 5 orang anak laki dan 11 anak perempuan.
Ratu mempunya banyak ruangan untuk putra-putrinya. Sekarang dijadikan Kindy Museum. Berada disamping Istana utama. Selain itu salah satu putri Ratu Maria Theresia adalah Marie Antoinette yang dinikahi oleh Napoleon Bonaparte. Marie Antoinette lahir 2 November 1755 adalah putri kesebelas dari Ratu Maria Theresa. Dari 16 putra putri Ratu Maria Theresa yang hidup saat itu hanya 8. Tour di Kindy Museum sangat menyenangkan terutama yang punya anak-anak kecil. Juga di bagian belakang bisa melihat theatre wayang. Area istana ini memang luas sekali.
Kerajaan Mataram juga berdiri pada abad ke tujuhbelas. Kesultanan Mataran adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan Mataram dipimpin dari dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan. Raja pertama adalah Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati, putra dari Ki Ageng Pemanahan. Kemudian kita mengenal Perjanjian Giyanti dimana kerajaan Mataram pecah menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada tanggal 13 Februari 1755.
Sama-sama sebuah kerajaan Austria dan Yogyakarta di sekitar abad 17. Sama-sama mempunyai sejarah yang patut kita pelajari. Silahkan mempelajari lebih mendalam tentang sejarah kita. Saya hanya membuka jendela saja. Menghubungkan time line, supaya bisa menelaah dan meneliti lebih lanjut.
Selain megah juga pernah mempunyai seorang ratu yang hebat Ratu Maria Theresia tahun 1726. Lahir tahun 1717 dan meninggal tahun 1780. Terlahir dari Raja Charles VI dan isterinya Elisabeth Christine. Dua kali saya berkunjung di istana ini. Pertama di bulan Maret 1994 tidak banyak warna warni bunga, masih banyak pohon-pohon hijau saja. Kemudian bulan Juli 2011 saya kesini lagi tampak bunga cantik di musim panas. Kalau boleh saya bilang istana ini sangat indah dan tidak membosankan untuk diteliti keindahan sejarahnya.
Ayah Ratu Maria Theresia adalah raja yang terakhir dari dinasti Habsburg. Raja Charles VI mengganti hukum di Austria yang mulanya berbunyi wanita dilarang menjadi Raja. Tahun 1713 Raja Charles VI menetapkan keputusan bahwa anak perempuannya yang akan menjadi Ratu penerus dinastinya.
Nah apakah ini juga akan terjadi di Keraton Yogyakarta? Kita simak saja, sejarah bermula dan kembali seperti itukah? Seperti kita ketahui Sri Sultan HB X juga tidak mempunyai keturunan pria untuk meneruskan sebagai raja. Apakah putri pertama HB X, Gusti Pembayun akan menjadi Ratu? Sejarah sedang menantinya.
Sebagai seorang calon ratu, seharusnya Maria Theresa harus dinikahkan dengan seorang Pangeran yang terkenal dan mempunyai kekuatan besar. Charles VI dengan bijaksana membolehkan putrinya menikah dengan kekasih hatinya yaitu Duke Francis Stephen dari Lorraine, Perancis. Mereka dikaruniai 5 orang anak laki dan 11 anak perempuan.
Ratu mempunya banyak ruangan untuk putra-putrinya. Sekarang dijadikan Kindy Museum. Berada disamping Istana utama. Selain itu salah satu putri Ratu Maria Theresia adalah Marie Antoinette yang dinikahi oleh Napoleon Bonaparte. Marie Antoinette lahir 2 November 1755 adalah putri kesebelas dari Ratu Maria Theresa. Dari 16 putra putri Ratu Maria Theresa yang hidup saat itu hanya 8. Tour di Kindy Museum sangat menyenangkan terutama yang punya anak-anak kecil. Juga di bagian belakang bisa melihat theatre wayang. Area istana ini memang luas sekali.
Kerajaan Mataram juga berdiri pada abad ke tujuhbelas. Kesultanan Mataran adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan Mataram dipimpin dari dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan. Raja pertama adalah Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati, putra dari Ki Ageng Pemanahan. Kemudian kita mengenal Perjanjian Giyanti dimana kerajaan Mataram pecah menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada tanggal 13 Februari 1755.
Sama-sama sebuah kerajaan Austria dan Yogyakarta di sekitar abad 17. Sama-sama mempunyai sejarah yang patut kita pelajari. Silahkan mempelajari lebih mendalam tentang sejarah kita. Saya hanya membuka jendela saja. Menghubungkan time line, supaya bisa menelaah dan meneliti lebih lanjut.
Sri Sultan HB IX dan Kedutaan Besar Indonesia di Washington
Apa hubungannya gedung Kedutaan Besar RI di Washington dengan Sri Sultan HB IX?
Gedung Kedutaan RI ini dibangun sekitar tahun 1890 dan 1930. Pemilik pertamanya adalah Thomas F. Walsh, adalah imigran berasal dari Irilandia. Pada usia 19 dia sudah memulai berusaha dari usaha kecil kemudian pindah ke Colorado dan mempunyai tambang emas. Kemudian pindah ke Washington DC. Walsh membeli gedung megah ini tanggal 30 April 1901. Keluarga tersebut membayar gedung megah itu seharga US $850 ribu (Dollar Amerika)
Ny. Walsh menempati rumah ini sampai meninggal di tahun 1932. Kemudian diwariskan kepada putrinya yang bernama Evalyn. Suami Evalyn adalah pemilik koran Washington Post namanya Edward B McLean. Evalyn Walsh McLean sangat terpandang di Washington. Evalyn Walsh McLean adalah pemilik 44 1/2 karat Hope Diamond. (dibawah bisa dilihat Hope Diamond, photo yang saya ambil dari museum Smithsonian).
Sejak membeli permata tersebut. Keluarga ini banyak ditimpa bencana. Anak-anak Mc Lean meninggal, McLean juga meninggal. Kemudian Evalyn menyewakan gedung ini ke Pemerintah Amerika. Tahun 1941 sampai dengan 1951 gedung ini disewakan gratis kepada Palang Merah Amerika.
Apa hubungan bangunan bersejarah ini dengan Sri Sultan HB IX. Menurut cerita, beliau Sultan HB IX juga merupakan salah satu orang yang berjasa membeli gedung ini. Apakah benar? Mari kita telusuri jabatan beliau di sekitar tahun itu. Kita lihat posisi beliau Sultan HB IX saat periode memutuskan pembelian gedung tsb oleh Pemerintah Indonesia.
2 Oktober 1946 s/d 27 Juni 1947, Sultan HB IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III.
Beliau diangkat lagi dalam kabinet Amir Sjarifuddin I dan II tanggal 3 Juli 1947 s/d 11 November 1947 yang dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.
Saat Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947, Sultan HB IX mengajak Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta.
29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949, beliau Sri Sultan HB IX menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Hatta.
Dibelakang lampu terlihat penari klasik gaya Yogyakarta
Ruangan Pancasila dimana sering dipakai untuk pertemuan
Kemudian menjadi Menteri Pertahanan / Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II tgl 4 Agustus 1949 sd 20 Desember 1949
Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949-6 September1950
Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951)
Sejarah juga mengukir pada tanggal 1 Maret 1949 atas prakarsa Sultan HB IX melawan Belanda. Terkenal dengan nama Serangan Fajar. Sultan HB IX adalah seorang nasionalis sejati yang memiliki perhatian besar terhadap nasib rakyatnya, beliau tidak mau dijajah. Silahkan lihat biografi Sultan HB IX)
Pada tanggal 19 Desember 1951, Dr Ali Sastroamidjojo, Dutabesar RI yang pertama di Amerika membeli gedung ini atas nama pemerintah Indonesia dengan harga US$335 Ribu (Amerika). Kemudian Pemerintah Indonesia merenovasi bangunan dengan pengeluaran sekitar US$75 Ribu (Amerika). Dengan adanya pergantian pemimpin. Gedung tersebut diberi tambahan bangunan disamping untuk melayani masyarakat.
Seperti kita ketahui, untuk membeli bangunan mewah seperti itu dijaman segitu adalah sangat mahal bagi bangsa Indonesia yang barusan merdeka. Belum selesai merdeka masih didera dengan pukulan-pukulan balik para penjajah. Pembelian gedung sekelas itu juga merupakan sebuah kebijaksanaan yang jitu. Indonesia perlu memiliki sebuah tempat yang terhormat di Washington. Kebetulan juga harganya murah. Separuh harga dari pembuatnya. Peranan para petinggi di Indonesia saat itu untuk membuat keputusan membelinya merupakan keputusan yang hebat. Salah satu petinggi tsb adalah Sri Sultan HB IX.
Pertama saya melihat bangunan dalam. Ada anak tangga kayu berbentuk Y. Didepan persis ada patung penari balet warna putih. Tampilan ruang tamu terhias photo penari dari Yogyakarta. Sejenak saya terpesona, sebetulnya gedung ini mirip istana Yogyakarta. Memasuki gedung ini seperti memasuki Keraton atau Istana Bangsawan. Nuansa Amerika, Eropa juga terkesan disini.
Sri Sultan HB IX meninggal di RS Goerge Washington, kemudian jenazah disemayamkan sebentar di Gedung Kedutaan RI di Washington. Seorang Raja yang dicintai rakyatnya. (Silahkan melihat istana Kedutaan RI di Washington yang saya abadikan sebagai kenangan penghormatan untuk Sri Sultan)
Istana ini disambung dengan gedung baru di sebelahnya untuk perkantoran Kedutaan RI.
Pintu masuk ke area perkantoran Kedutaan RI
Ruangan perkantoran Kedutaan RI menembus bangunan lama.
Hope Diamond yang mempunyai kisah menyedihkan. Siapa yang memiliki berlian ini akan mendapatkan bencana.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada mbak Henny Priastuti dan mbak May Lestari. Sempat-sempatnya mengajak saya touring gedung ini. Alhamdulilah saya menyaksikan kebesaran Raja saya. Detak jantung saya bertambah keras melihat kebesaran para pemimpin Indonesia Raya. Semoga para pejuang dan pendiri Bangsa Indonesia tenang menghadap Illahi.
Gedung Kedutaan RI ini dibangun sekitar tahun 1890 dan 1930. Pemilik pertamanya adalah Thomas F. Walsh, adalah imigran berasal dari Irilandia. Pada usia 19 dia sudah memulai berusaha dari usaha kecil kemudian pindah ke Colorado dan mempunyai tambang emas. Kemudian pindah ke Washington DC. Walsh membeli gedung megah ini tanggal 30 April 1901. Keluarga tersebut membayar gedung megah itu seharga US $850 ribu (Dollar Amerika)
Ny. Walsh menempati rumah ini sampai meninggal di tahun 1932. Kemudian diwariskan kepada putrinya yang bernama Evalyn. Suami Evalyn adalah pemilik koran Washington Post namanya Edward B McLean. Evalyn Walsh McLean sangat terpandang di Washington. Evalyn Walsh McLean adalah pemilik 44 1/2 karat Hope Diamond. (dibawah bisa dilihat Hope Diamond, photo yang saya ambil dari museum Smithsonian).
Sejak membeli permata tersebut. Keluarga ini banyak ditimpa bencana. Anak-anak Mc Lean meninggal, McLean juga meninggal. Kemudian Evalyn menyewakan gedung ini ke Pemerintah Amerika. Tahun 1941 sampai dengan 1951 gedung ini disewakan gratis kepada Palang Merah Amerika.
Apa hubungan bangunan bersejarah ini dengan Sri Sultan HB IX. Menurut cerita, beliau Sultan HB IX juga merupakan salah satu orang yang berjasa membeli gedung ini. Apakah benar? Mari kita telusuri jabatan beliau di sekitar tahun itu. Kita lihat posisi beliau Sultan HB IX saat periode memutuskan pembelian gedung tsb oleh Pemerintah Indonesia.
2 Oktober 1946 s/d 27 Juni 1947, Sultan HB IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III.
Beliau diangkat lagi dalam kabinet Amir Sjarifuddin I dan II tanggal 3 Juli 1947 s/d 11 November 1947 yang dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.
Saat Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda I yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947, Sultan HB IX mengajak Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta.
29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949, beliau Sri Sultan HB IX menjabat sebagai Menteri Negara pada Kabinet Hatta.
Dibelakang lampu terlihat penari klasik gaya Yogyakarta
Ruangan Pancasila dimana sering dipakai untuk pertemuan
Kemudian menjadi Menteri Pertahanan / Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II tgl 4 Agustus 1949 sd 20 Desember 1949
Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949-6 September1950
Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951)
Sejarah juga mengukir pada tanggal 1 Maret 1949 atas prakarsa Sultan HB IX melawan Belanda. Terkenal dengan nama Serangan Fajar. Sultan HB IX adalah seorang nasionalis sejati yang memiliki perhatian besar terhadap nasib rakyatnya, beliau tidak mau dijajah. Silahkan lihat biografi Sultan HB IX)
Pada tanggal 19 Desember 1951, Dr Ali Sastroamidjojo, Dutabesar RI yang pertama di Amerika membeli gedung ini atas nama pemerintah Indonesia dengan harga US$335 Ribu (Amerika). Kemudian Pemerintah Indonesia merenovasi bangunan dengan pengeluaran sekitar US$75 Ribu (Amerika). Dengan adanya pergantian pemimpin. Gedung tersebut diberi tambahan bangunan disamping untuk melayani masyarakat.
Seperti kita ketahui, untuk membeli bangunan mewah seperti itu dijaman segitu adalah sangat mahal bagi bangsa Indonesia yang barusan merdeka. Belum selesai merdeka masih didera dengan pukulan-pukulan balik para penjajah. Pembelian gedung sekelas itu juga merupakan sebuah kebijaksanaan yang jitu. Indonesia perlu memiliki sebuah tempat yang terhormat di Washington. Kebetulan juga harganya murah. Separuh harga dari pembuatnya. Peranan para petinggi di Indonesia saat itu untuk membuat keputusan membelinya merupakan keputusan yang hebat. Salah satu petinggi tsb adalah Sri Sultan HB IX.
Pertama saya melihat bangunan dalam. Ada anak tangga kayu berbentuk Y. Didepan persis ada patung penari balet warna putih. Tampilan ruang tamu terhias photo penari dari Yogyakarta. Sejenak saya terpesona, sebetulnya gedung ini mirip istana Yogyakarta. Memasuki gedung ini seperti memasuki Keraton atau Istana Bangsawan. Nuansa Amerika, Eropa juga terkesan disini.
Sri Sultan HB IX meninggal di RS Goerge Washington, kemudian jenazah disemayamkan sebentar di Gedung Kedutaan RI di Washington. Seorang Raja yang dicintai rakyatnya. (Silahkan melihat istana Kedutaan RI di Washington yang saya abadikan sebagai kenangan penghormatan untuk Sri Sultan)
Istana ini disambung dengan gedung baru di sebelahnya untuk perkantoran Kedutaan RI.
Pintu masuk ke area perkantoran Kedutaan RI
Ruangan perkantoran Kedutaan RI menembus bangunan lama.
Hope Diamond yang mempunyai kisah menyedihkan. Siapa yang memiliki berlian ini akan mendapatkan bencana.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada mbak Henny Priastuti dan mbak May Lestari. Sempat-sempatnya mengajak saya touring gedung ini. Alhamdulilah saya menyaksikan kebesaran Raja saya. Detak jantung saya bertambah keras melihat kebesaran para pemimpin Indonesia Raya. Semoga para pejuang dan pendiri Bangsa Indonesia tenang menghadap Illahi.
Tuesday, 18 November 2014
Around the world: Pemilihan Dimas dan Diajeng Yogyakarta, oleh Ninik...
Around the world: Pemilihan Dimas dan Diajeng Yogyakarta, oleh Ninik...: Zaman dulu mana ada kontes-kontesan semacam ini di Yogyakarta. Tahunya hanya kontes putri-putri remaja, putri Indonesia ala Jakarta-Indones...
Pemilihan Dimas dan Diajeng Yogyakarta, oleh Ninik Atmodipo
Zaman dulu mana ada kontes-kontesan semacam ini di Yogyakarta. Tahunya hanya kontes putri-putri remaja, putri Indonesia ala Jakarta-Indonesia Raya. Alih-alih Abang dan Nona Jakarta. Tahunya cuman baca di majalah wanita Femina, majalah Kartini dsb. Ternyata sekarang berkembang pesat acara kontes ala Yogyakarta. Aku setuju saja. Soalnya?
Putri dan putra Yogyakarta yang ganteng dan cantik mempromosikan kebudayaan Yogyakarta.
Menurut informasi, Dimas Diajeng Yogyakarta adalah Duta Pariwisatan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari pemuda pemudi terbaik DIY dengan slogan cerdas, menarik dan berbudaya. Sebuah ajang pemilihan generasi muda terbaik DIY dari 4 kabupaten dan 1 kota yaitu Kota Yogya, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo. Dimas adalah gelar sekaligus panggilan untuk pemuda dalam bahasa Jawa, sedangkan diajeng untuk pemudinya.
Seingat saya, zaman dulu hanya kontes di sekolah pada saat acara peringatan Ibu Kartini. Sebelum saya lanjutkan tulisan saya ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada mbak Larastiti Melati atas perkenannya memberikan dokumen foto-foto cantik ini. Saya ikut berbahagia melihat perkembangan kota Yogya yang makin pesat.
Alhasil industri pakaian batik/jarit batik dengan motif klasik parang, truntum, sidomekti, nitik (foto motif nitik ada di gambar atas), kawung
dsb semakin semarak di dunia perbatikan. Kain-kain batik yang sepintas warnanya antara coklat, hitam dan putih saja, tapi kelihatan anggun sekali. Inilah salah satu keistimewaan kain batik Yogyakarta. Tidak perlu pakai yang aneh atasannya. Cukup pakai kebaya yang sederhana. Kain batik seperti foto-foto ini sudah menampakkan kejayaan kebudayaan Dinasti Mataram.
Andai saja masih bisa berpakaian semacam itu, tentulah saya ikut berpromosi. Sayang badan sudah mekar berbunga bunga. Ya cukuplah jadi penonton yang setia mengikuti arah angin Kota Yogyakarta.
Bukan hanya industri pakaian batik tradisional. Juga industri pendidikan yang ditawarkan kota Yogyakarta luar biasa. Bayangkan? Universitas Gajah Mada untuk fakultas hukum sudah membuka kelas untuk mahasiswa International dari kota Darwin-Australia. Saya semakin kagum. Meskipun Yogyakarta tidak terlalu dekat jaraknya dibanding kota Denpasar ke Darwin. Namun Yogyakarta mampu bersaing.
Para pengajar hukum dari Universitas Gajah Mada sudah mulai berdatangan memberikan simposium di kota Darwin-Australia. Rasanya bangga bisa bertemu dengan mereka. Demikian juga para pelajar dari Australia siap masuk di Universitas Gajah Mada. Tentu saja pengajarnya memakai bahasa Inggris.
Kembali ke keunikan kota Yogya, selain sebagai kota pelajar dan kota wisata. Ada baiknya kita juga belajar sejarah Kota Yogya termasuk Sri Sultan HB IX sebagai Raja Mataram. Sri Sultan HB IX sangat berperan penting dalam proses Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tanpa pengetahun ini, serasa keindahan kota Yogya belum merasuk sukma. Ingatkan serangan agresi Belanda di Kota Yogyakarta tanggal 19 Desember 1948. Mari kita belajar sejarah kembali. Semuanya selalu mengarah ke Yogyakarta, karena selama itu Sultan HB IX sangat pro aktif demi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Raya. Sri Sultan HB IX menolak bekerjasama dengan Belanda.
Kembali ke kontes putri dan putra Yogyakarta. Pastinya kontes Putri Yogyakarta pertanyaannya akan banyak sekali. Tidak hanya kecantikan muka dan fisik, tetapi pasti mengarah ke banyak hal. Barangkali dikemas antara ketrampilan, kecerdasan, dan kemampuan berkomunikasi. Saya belum pernah melihat kontesnya. Tetapi saya suka melihat pertandingan Miss World atau Miss Universe. Saya paling suka mendengarkan pertanyaan Dewan Yuri. Mereka menjawab dengan bagus sekali.
Diharapkan pemilihan Dimas Diajeng ini mampu mendukung promosi dan pemasaran pariwisata. Selain itu mereka diharuskan menguasai perkembangan ilmu dan teknology serta kemampuan berbahasa asing. Menurut dewan penyelenggara. Semoga para duta ini bisa bekerja dengan baik.
Putri dan putra Yogyakarta yang ganteng dan cantik mempromosikan kebudayaan Yogyakarta.
Menurut informasi, Dimas Diajeng Yogyakarta adalah Duta Pariwisatan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari pemuda pemudi terbaik DIY dengan slogan cerdas, menarik dan berbudaya. Sebuah ajang pemilihan generasi muda terbaik DIY dari 4 kabupaten dan 1 kota yaitu Kota Yogya, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo. Dimas adalah gelar sekaligus panggilan untuk pemuda dalam bahasa Jawa, sedangkan diajeng untuk pemudinya.
Seingat saya, zaman dulu hanya kontes di sekolah pada saat acara peringatan Ibu Kartini. Sebelum saya lanjutkan tulisan saya ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada mbak Larastiti Melati atas perkenannya memberikan dokumen foto-foto cantik ini. Saya ikut berbahagia melihat perkembangan kota Yogya yang makin pesat.
Alhasil industri pakaian batik/jarit batik dengan motif klasik parang, truntum, sidomekti, nitik (foto motif nitik ada di gambar atas), kawung
dsb semakin semarak di dunia perbatikan. Kain-kain batik yang sepintas warnanya antara coklat, hitam dan putih saja, tapi kelihatan anggun sekali. Inilah salah satu keistimewaan kain batik Yogyakarta. Tidak perlu pakai yang aneh atasannya. Cukup pakai kebaya yang sederhana. Kain batik seperti foto-foto ini sudah menampakkan kejayaan kebudayaan Dinasti Mataram.
Andai saja masih bisa berpakaian semacam itu, tentulah saya ikut berpromosi. Sayang badan sudah mekar berbunga bunga. Ya cukuplah jadi penonton yang setia mengikuti arah angin Kota Yogyakarta.
Bukan hanya industri pakaian batik tradisional. Juga industri pendidikan yang ditawarkan kota Yogyakarta luar biasa. Bayangkan? Universitas Gajah Mada untuk fakultas hukum sudah membuka kelas untuk mahasiswa International dari kota Darwin-Australia. Saya semakin kagum. Meskipun Yogyakarta tidak terlalu dekat jaraknya dibanding kota Denpasar ke Darwin. Namun Yogyakarta mampu bersaing.
Para pengajar hukum dari Universitas Gajah Mada sudah mulai berdatangan memberikan simposium di kota Darwin-Australia. Rasanya bangga bisa bertemu dengan mereka. Demikian juga para pelajar dari Australia siap masuk di Universitas Gajah Mada. Tentu saja pengajarnya memakai bahasa Inggris.
Kembali ke keunikan kota Yogya, selain sebagai kota pelajar dan kota wisata. Ada baiknya kita juga belajar sejarah Kota Yogya termasuk Sri Sultan HB IX sebagai Raja Mataram. Sri Sultan HB IX sangat berperan penting dalam proses Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tanpa pengetahun ini, serasa keindahan kota Yogya belum merasuk sukma. Ingatkan serangan agresi Belanda di Kota Yogyakarta tanggal 19 Desember 1948. Mari kita belajar sejarah kembali. Semuanya selalu mengarah ke Yogyakarta, karena selama itu Sultan HB IX sangat pro aktif demi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Raya. Sri Sultan HB IX menolak bekerjasama dengan Belanda.
Kembali ke kontes putri dan putra Yogyakarta. Pastinya kontes Putri Yogyakarta pertanyaannya akan banyak sekali. Tidak hanya kecantikan muka dan fisik, tetapi pasti mengarah ke banyak hal. Barangkali dikemas antara ketrampilan, kecerdasan, dan kemampuan berkomunikasi. Saya belum pernah melihat kontesnya. Tetapi saya suka melihat pertandingan Miss World atau Miss Universe. Saya paling suka mendengarkan pertanyaan Dewan Yuri. Mereka menjawab dengan bagus sekali.
Diharapkan pemilihan Dimas Diajeng ini mampu mendukung promosi dan pemasaran pariwisata. Selain itu mereka diharuskan menguasai perkembangan ilmu dan teknology serta kemampuan berbahasa asing. Menurut dewan penyelenggara. Semoga para duta ini bisa bekerja dengan baik.
Monday, 17 November 2014
Around the world: Kampung Njeron Benteng (2), oleh Ninik Atmodipo
Around the world: Kampung Njeron Benteng (2), oleh Ninik Atmodipo: Bagi saya Kampung Njeron Benteng sangat bermakna dalam kehidupan saya. Kalau di Solo ada Kampung Laweyan yang terkenal dengan produksi bati...
Kampung Njeron Benteng (2), oleh Ninik Atmodipo
Bagi saya Kampung Njeron Benteng sangat bermakna dalam kehidupan saya. Kalau di Solo ada Kampung Laweyan yang terkenal dengan produksi batiknya. Di Kampungku Njeron Benteng di Wilayah Langenarjan Kidul dan Langenarjan Lor. Ada empat pengusaha batik. Hitungan ini hanya berdasar ingatan saja. Kemungkinan ada lebih dari itu. Saya lupa dimana saja lokasi para pembuat batik. Seingat saya di dalam Kampung Njeron Benteng kalau cuman 20 (duapuluh) pengusaha pasti ada.
Para pengusaha ini mempunyai pegawai yang datang dari desa-desa. Mulai produksi membatik. Mendapat kain mori (kain putih untuk membatik) semua dilakukan di rumah-rumah tsb. Mereka memulai produksi pembuatan sampai dengan pemasarannya. Mereka memasarkan langsung di kota-kota Jawa Tengah.
Walaupun leluhur saya bukan pengusaha batik, tapi saya hidup di lingkungan itu. Tiap hari saya lihat para pekerja dari desa pada naik sepeda memulai kegiatannya sebagai pembatik. Mereka bekerja mulai membatik, merendam kain mori yg telah dibatik ke tempat kolam berisi air. Bau "malam" (bahan membatik) hinggap di hidung saya sepanjang masa. Sampai saat ini pun, kalau saya keliling pantai utara ke tempat para juragan batik. Terasa sekali bau kain itu. Moga nanti saya bisa mengabadikan tempat-tempat pengusaha zaman dahulu. Sayang rata-rata sudah tutup tidak ada penerusnya.
Para pekerja pembuat batik tetanggaku akan selalu kukenang. Kenangan bapak-bapak tua dan ibu-ibu tua masih setia menjadi pekerja pembuatan batik. Kalau siang hari setelah sekolah selesai, saya suka nyamperin mereka. Kadang ikut-ikutan membatik. yang paling terkesan adalah kerukunan dan gotong royong mereka. Sebagai bawahan mereka begitu setia kepada majikannya. Hiburan mereka takkala sedang bekerja adalah mendengarkan Radio, acara wayang, kethoprak atau uyon-uyon (tembang/menyanyi diiringi gamelan). Suasana seperti ini sangat saya rindukan. Ketenangan bekerja, keikhlasan dalam menciptakan karya seni batik.
Sekilas melihat Kampung Njeron Benteng ini sangat sejuk dan menenangkan pikiran. Setiap kali saya ke Yogya, wajib bagi saya naik andhong (kereta kuda) keliling kampungku ini. Kadang saya turun menemui tetangga zaman dulu. Rasa pilu bercampur gembira bisa ngobrol dengan mereka. Tanaman besar-besar sangat asri di wilayah ini. Disekitar benteng ditanam pohon so (buahnya dibikin emping). Daunnya dibuat sayur lodeh. Jangan lupa kawan, wisata disini sangat indah dan nyaman. Apalagi terdengar langkah kuda yang gagah perkasa mengalahkan kendaraan bermotor. Cuman satu kesulitan saya kalau naik andhong ini, yaitu masuk angin. Maklum badan tidak muda lagi.
Kenangan yang paling membekas yaitu selalu mendapat kenduri yang isinya makanan berisi lauk pauk. Tidak lupa ada ketan, kolak, apem. Buat kawan-kawanku yang masih tinggal di Kampung Njeron Benteng. Berbahagialah selalu, tidak ada tempat yang menawan seperti ini. Kalau aku boleh bermimpi, ingin aku tinggal disana lagi.
Masjid Margoyuwoni, di Langernastran Lor. Dimana masa kecilku bersembahyang disini.
Benteng yang bersih tertata rapih.
Kenduri/bancakan yang isinya lengkap dan enak.
Para pembatik banyak yang sudah berusia tapi masih tekun menjalankan tugasnya.
Pekarang rumah penduduk yang asri
Pohon belinjo/so, yang ditanam dibenteng.
Para pengusaha ini mempunyai pegawai yang datang dari desa-desa. Mulai produksi membatik. Mendapat kain mori (kain putih untuk membatik) semua dilakukan di rumah-rumah tsb. Mereka memulai produksi pembuatan sampai dengan pemasarannya. Mereka memasarkan langsung di kota-kota Jawa Tengah.
Walaupun leluhur saya bukan pengusaha batik, tapi saya hidup di lingkungan itu. Tiap hari saya lihat para pekerja dari desa pada naik sepeda memulai kegiatannya sebagai pembatik. Mereka bekerja mulai membatik, merendam kain mori yg telah dibatik ke tempat kolam berisi air. Bau "malam" (bahan membatik) hinggap di hidung saya sepanjang masa. Sampai saat ini pun, kalau saya keliling pantai utara ke tempat para juragan batik. Terasa sekali bau kain itu. Moga nanti saya bisa mengabadikan tempat-tempat pengusaha zaman dahulu. Sayang rata-rata sudah tutup tidak ada penerusnya.
Para pekerja pembuat batik tetanggaku akan selalu kukenang. Kenangan bapak-bapak tua dan ibu-ibu tua masih setia menjadi pekerja pembuatan batik. Kalau siang hari setelah sekolah selesai, saya suka nyamperin mereka. Kadang ikut-ikutan membatik. yang paling terkesan adalah kerukunan dan gotong royong mereka. Sebagai bawahan mereka begitu setia kepada majikannya. Hiburan mereka takkala sedang bekerja adalah mendengarkan Radio, acara wayang, kethoprak atau uyon-uyon (tembang/menyanyi diiringi gamelan). Suasana seperti ini sangat saya rindukan. Ketenangan bekerja, keikhlasan dalam menciptakan karya seni batik.
Sekilas melihat Kampung Njeron Benteng ini sangat sejuk dan menenangkan pikiran. Setiap kali saya ke Yogya, wajib bagi saya naik andhong (kereta kuda) keliling kampungku ini. Kadang saya turun menemui tetangga zaman dulu. Rasa pilu bercampur gembira bisa ngobrol dengan mereka. Tanaman besar-besar sangat asri di wilayah ini. Disekitar benteng ditanam pohon so (buahnya dibikin emping). Daunnya dibuat sayur lodeh. Jangan lupa kawan, wisata disini sangat indah dan nyaman. Apalagi terdengar langkah kuda yang gagah perkasa mengalahkan kendaraan bermotor. Cuman satu kesulitan saya kalau naik andhong ini, yaitu masuk angin. Maklum badan tidak muda lagi.
Kenangan yang paling membekas yaitu selalu mendapat kenduri yang isinya makanan berisi lauk pauk. Tidak lupa ada ketan, kolak, apem. Buat kawan-kawanku yang masih tinggal di Kampung Njeron Benteng. Berbahagialah selalu, tidak ada tempat yang menawan seperti ini. Kalau aku boleh bermimpi, ingin aku tinggal disana lagi.
Masjid Margoyuwoni, di Langernastran Lor. Dimana masa kecilku bersembahyang disini.
Kenduri/bancakan yang isinya lengkap dan enak.
Para pembatik banyak yang sudah berusia tapi masih tekun menjalankan tugasnya.
Pohon belinjo/so, yang ditanam dibenteng.
Around the world: Rumah Makan Handayani, oleh Ninik Atmodipo
Around the world: Rumah Makan Handayani, oleh Ninik Atmodipo: Bagi orang Yogya rumah makan ini sudah tidak asing lagi. Apalagi yang tinggal di wilayah alun-alun kidul. Es tape degan (kelapa muda dika...
Rumah Makan Handayani, oleh Ninik Atmodipo
Bagi orang Yogya rumah makan ini sudah tidak asing lagi. Apalagi yang tinggal di wilayah alun-alun kidul. Es tape degan (kelapa muda dikasih tape). Sayur brongkos (isinya kedele, tahu, telur). Pecel, bumbunya ditumbuk disitu juga. Gorengan tempe bacem, mendoan, gembus dsb. Apa tidak bikin kangen makanan seperti ini? Bumbu pecelnya enak sekali. Sudah saya bawa ke Australia. Tumbukan kacangnya besar-besar. Menjadikan rasa enak di lidah. Tidak terlalu pedas. Pokoknya pas untuk orang Yogyakarta.
Zaman dulu disebelah Rumah Makan Handayani ada kios tambal ban sepeda. Kalau sepeda rusak tinggalkan disitu. Biar dibetulin, sembari minum es kelapa muda disebelahnya. Banyak sekali warung-warung sederhana. Mereka jualan makanan murah meriah. Berderet-deret dari Plengkung Gading sampai Alun-Alun Selatan. Apalagi Yogyakarta panasnya luar biasa, dengan seteguk es kelapa yang nyaman tidak ada duanya. Murah sekali.
Kalau anda ke Yogyakarta jangan lupa mampir di Rumah Makan Handayani ini. Pemiliknya adalah mbak Mien, yang pakai jilbab. Saya ikut selfie, sekalian mengingat-ingat mbak Mien zaman dulunya.
Yang mau olah raga di Alun-alun Kidul. Atau yang mau naik benteng Plengkung Gading dijamin anda tidak keberatan mampir di warung-warung sekitar ini. Pokoknya apa aja ada di sekitar Alun-alun Kidul. Zaman dulu ada tukang potong rambut dibawah pohon beringin. Semilir tiupan angin pohon beringin. Apa sekarang masih ada? Wah…mesti ditelusuri dahulu.
Anda juga bisa sewa andong atau becak untuk keliling kampung Njeron Benteng ini. Nyaman jalan-jalan disekitar kampung Njeron Benteng. Macetnya tidak separah di wilayah lainnya di Yogyakarta.
Suasana dapur yang penuh barang dan penuh pegawai.
Ini nasi ceker sudah siap!
Dibawah ringin besar ini dulu ada tukang potong rambut.
Zaman dulu disebelah Rumah Makan Handayani ada kios tambal ban sepeda. Kalau sepeda rusak tinggalkan disitu. Biar dibetulin, sembari minum es kelapa muda disebelahnya. Banyak sekali warung-warung sederhana. Mereka jualan makanan murah meriah. Berderet-deret dari Plengkung Gading sampai Alun-Alun Selatan. Apalagi Yogyakarta panasnya luar biasa, dengan seteguk es kelapa yang nyaman tidak ada duanya. Murah sekali.
Kalau anda ke Yogyakarta jangan lupa mampir di Rumah Makan Handayani ini. Pemiliknya adalah mbak Mien, yang pakai jilbab. Saya ikut selfie, sekalian mengingat-ingat mbak Mien zaman dulunya.
Yang mau olah raga di Alun-alun Kidul. Atau yang mau naik benteng Plengkung Gading dijamin anda tidak keberatan mampir di warung-warung sekitar ini. Pokoknya apa aja ada di sekitar Alun-alun Kidul. Zaman dulu ada tukang potong rambut dibawah pohon beringin. Semilir tiupan angin pohon beringin. Apa sekarang masih ada? Wah…mesti ditelusuri dahulu.
Anda juga bisa sewa andong atau becak untuk keliling kampung Njeron Benteng ini. Nyaman jalan-jalan disekitar kampung Njeron Benteng. Macetnya tidak separah di wilayah lainnya di Yogyakarta.
Suasana dapur yang penuh barang dan penuh pegawai.
Ini nasi ceker sudah siap!
Brongkosnya sudah siap disajikan.
Dibawah ringin besar ini dulu ada tukang potong rambut.
Subscribe to:
Posts (Atom)